UPKu Taruna, Kabupaten Sampang
Tumbuh dari keluarga sebagai petani lebah, sejak kecil Matjamsu sudah akrab dengan lebah. “Dari kebiasaan menangkap lebah, lama-lama bisa tahu bagaimana atau di mana ratunya berada,” kisahnya. Matjamsu mengakui kegiatan budidaya lebah kini dijadikan sebagai mata pencarian utamanya. “Ini sudah menjadi hal yang turun temurun namun meskipun demikian, Matjamsu masih seringkali wajahnya menjadi lebam karena sengatan lebah,” ungkapnya ketika ditemui tim Gema Desa.
Budidaya lebah yang dilakoninya pun menghasilkan madu yang pemasarannya telah menjangkau Malaysia selain di seluruh Sampang dan juga Surabaya. Karena masih menghasilkan dalam jumlah sedikit, tidak jarang justru ke kurangan ketika banyak permintaan. “Banyak yang cocok setelah mencoba madu kami, apalagi ini memang bisa awet hingga 5 tahun karena memang tidak dicampuri apa pun dalam penjualannya,” kata Matjamsu.
Satu botol madu, kira-kira untuk ukuran 500 ml dibanderol harga sebesar 500 ribu rupiah. Matjamsu mengatakan belum memiliki merek sendiri. “Ke depan yang kami inginkan bisa ada merek/label selain pengembangan untuk penambahan rumah lebah,” ucap Matjamsu.
Selama ini pun penjualan madu hasil budidayanya adalah berdasar kan informasi dari mulut ke mulut. “Pembeli biasanya berdatangan tanpa kami yang menjual langsung, ketika kami tanya ya mendapat informasi tentang tempat kami ini,” tutur Matjamsu.
Pemeliharaan setiap harinya, Matjamsu mengatakan hanya perlu sesekali memantau agar tidak ada ular atau semut yang menyerang rumah lebah. “Yang paling sering menjadi pengganggu itu semut, terkadang juga kupu-kupu. Perlakuannya pun adalah dengan dicek setiap sore, selain itu juga diberi oli di kaki-kaki setiap rumah lebah untuk mengantisipasi datangnya pengganggu,” jelasnya.
Matjamsu memaparkan untuk jang kauan para lebah dalam mencari makan bisa mencapai radius 2 kilometer. Bahan makanan yang menjadi makanan seperti buah atau tanaman akan mempengaruhi rasa madu yang dihasilkan. “Misal jika yang dikonsumsi cenderung asam maka rasa madupun akan ada nuansa asamnya,” katanya.
Untuk diketahui, kegiatan budidaya lebah yang dilakukan Matjamsu kemudian terarahkan untuk di bentuk UPKu. Terbentuk mu-lai 2004, UPKu Taruna, demikian namanya, mengusung budidaya lebah sebagai usaha utamanya.
Kini di UPKu Taruna terdapat 27 rumah lebah. Dalam setahun mampu memanen madu hingga 3 kali. Setiap rumah lebah mampu menghasilkan hingga 3 botol madu setiap panennya. “Setiap tahun-nya pun selalu ada kemungkinan bagi lebah-lebah itu untuk membentuk koloni baru dengan ratu yang baru, sehingga memang untuk perkembangannya sangat pesat,” ungkap Matjamsu.
Sebagai UPKu yang masih baru berdiri, UPKu Taruna belum memiliki anggota banyak, yaitu masih ada 25 orang yang tercatat seba-gai anggota pemanfaat budidaya lebah, tergabung dalam satu kelompok. “Sedangkan pengurusnya ada 3 orang,” kata Matjamsu, selaku ketua UPKu Taruna.
Matjamsu juga bersyukur atas bantuan yang didapatkan UPKu Taruna dalam pengembangan budi-daya lebah tersebut. UPKu Taruna mendapatkan bantuan sebesar 40 juta rupiah dari Bapemas Provinsi Ja wa Timur. Bantuan tersebut ke-mudian dimanfaatkan untuk menambah pengadaan rumah lebah. “Tentu itu menjadi berkah bagi kami dan kami manfaatkan den-gan baik demi pengembangan bidudaya lebah ini,” tutup Matjamsu seraya tersenyum. (hpy)