Mengubah Limbah Jadi Bahan Mewah


Saat itu ide kreatif Didik mulai muncul ketika melihat bonggol kayu jati yang oleh warga sekitar hanya dijadikan kayu bakar. Saat itu muncul dalam benak saya untuk menjadikan bonggol kayu dari pohon kayu jati yang telah ditebang oleh Perhutani menjadi barang yang lebih berharga seperti meja tamu, meja makan, meja bar, dan berbagai karya seni lainnya.


Selain memiliki nilai artistik, juga tidak terlalu sulit membuatnya. Melihat keberhasilan pengrajin serupa di daerahBlora dan Bojonegoro,” kata Didik mulai bercerita. Dengan sedikit pahatan di bagian bawah dan kertas gosok untuk menghaluskan serta pewarna pelitur,maka jadilah bonggol kayu jati itu sebagai karya seni yang indah, artistik dan kokoh. “Saat sudah jadi, meja tersebut ditawar oleh tetangga saya dengan harga yang lumayan, ya saya lepas saja. Sejak itu saya bersama saudara menjadikan bonggol kayu jati sebagai usaha yang digeluti,” jelas Didik saat ditemui di tempat usahanya di desa Kaligunting, Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, di Jl. Madiun-Surabaya.


Ide-ide beliau terus muncul setelah membuat beberapa pasang mebel, yang terdiri atas kursi tamu lengkap dengan meja yang semuanya terbuat dari bonggol kayu jati.Dari limbah itu pula, Didik mulai menciptakan ukiran, hiasan dinding, suvenir, berbagai replika binatang,kap lampu,dan masih banyak lagi. Karena ruang usahanya “terbuka”, maka dibangun tepat dijalur pinggir jalan propinsi Madiun-Surabaya yang merupakan jalur Selatan transportasi pulau Jawa,maka tidak heran banyak pengunjung yang datang, termasuk juga para turis yang sedang berlibur.


Karena banyaknya kunjungan para turis mancanegara itulah membuat usaha milik Bapak Didik ini telah melakukan ekspor mebel dan berbagai suvenir dari bonggol kayu ke luar negeri, di antaranya Jepang,Saudi Arabia, Jepang, Prancis dan Belanda. Kalau barang tersebut berupa suvenir atau barang-barang yang berukuran kecil, biasanya langsung dibawa dan diusung oleh biro perjalanan mereka. Tetapi jika barang tersebut dalam bentuk dan jumlah yang besar, akan dikirimkan sebagai barang ekspor. “Kami tidak melakukan ekspor sendiri, tetapi melalui jasa para agen eksportir dengan cara bayar di muka,” kata Didik.


Sedangkan pesanan dari berbagai daerah juga terus mengalir, mulai dari Bali, Yogyakarta, Magelang,Malang, Surabaya, Jakarta, Sumatra dan Kalimantan.  Kalau pelanggan pesan satu set mebel waktunya memang cukup lama, bisa sampai satu bulan atau lebih. Sebab Didik harus menyesuaikan bonggol kayu dengan model yang dipesan. Biasanya bentuk satu barang dengan barang yang lain tidak sama karena setiap batang bahan akar jati memiliki besar dan struktur  yang berlainan. Karena itu, kami harus menyesuaikan dengan pesanan. Kalau memang didaerah Caruban tidak kita temukan bonggol kayu sesuai dengan pesananpelanggan,terpaksa kami harus mencari ke wilayah Blora,Cepu dan Wilayah Nganjuk,” tandasnya.


Sejak tahun 2007 lalu, usaha yang digeluti oleh Didik semakin berkembang. Pesanan yang semakin besar membuat dirinya harus mengambil tenaga dari luar keluarganya. Kalau pesanan sedang banyak, dia akan menambah tenaga sampai dengan 20 orang. Mereka terbagimenjadi tenaga ukir, finishing/penghalusan,pelitur dan packaging.


Didik mengaku sebelumnya ia bekerja sebagai pedagang pangkalan minyak tanah di wilayah Caruban.Tapi karena ada program pemerintah untuk konversi minyak tanah ke gas elpiji, maka sedikit demi sedikit pasokan minyak tanah mulai dikurangi dan prospek jangka panjangnya juga masih tidak menentu. Tetapi setelah menemukan usaha mengolah bonggol kayu jati ini, sedikit demi sedikit mulai kelihatan hasilnya dan bisa menjadikan sumber pendapatan bagi keluarga dan memberikan contoh yang positif bagi penduduk sekitar agar bisa memanfaatkan sumber daya yang tersedia di lingkungannya.


Harapan ke depan dari anggota mitra binaan ini adalah agar Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun membantu dalam hal pengadaan bahan baku dan pemasaran agar hasil karya mereka dapat terus berkembang dan bisa dijadikan produk andalan dari KabupatenMadiun. Di samping dapat menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitar hutan sehingga akan menekan angka pengangguran yang pada akhirnya akan memperkecil tingkat kriminalitas dan agar mereka juga bisa menikmati hasil dari limbah tebangan ini.(wid)

Tags
Tidak ada tags