GD_Profiltokoh_0514


 


Dia adalah Rukman, KPM dari Kelurahan Sambikerep, Kec. Sambikerep, Kota Surabaya. Dia terpilih sebagai pemenang I KPM tingkat Provinsi Jawa Timur, yang piala dan piagamnya diserahkan Gubernur Jawa Timur bersamaan pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat XI dan HKG-PKK ke-42 di Kabupaten Ngawi. Atas prestasinya ini Rukman memperoleh uang pembinaan Rp 7.500.000. Selain Rukman, penghargaan juga diberikan kepada Ita Puji Astutik (pemenang II), KPM Desa Tamansari, Kec. Pringkuku, Kab. Pacitan.Nora Susiana (pemenang III), KPM Kel. Pandanwangi, Kec. Blimbing Kota, Malang, dan Khayatin (pemenang harapan I), KPM Desa Karangsari, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi. Masing-masing memperoleh uang pembinaan Rp 5.500.000, Rp 3.500.000. Para pemenang KPM tahun 2014 ini berdasarkan SK Gubernur No 188/264/KPTS/2014. Diceritakan oleh pria kelahiran tahun 1975 ini, kiprahnya sebagai kader lingkungan dimulai tahun 1994. Waktu itu warga di kampungnya banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Umumnya dinding rumahnya terbuat dari bambu, lantai tanah, ventilasi buruk dan tidak punya jamban. Daerahnya kumuh. “Mereka tidak sadar kalau mereka miskin, karena sudah terbiasa hidup miskin,” kata Rukman. Prihatin melihat kehidupan tetangganya Rukman kemudian aktif menghubungi banyak pihak, termasuk LSM. “Saya keliling mengkomunikasikan apa yang menjadi persoalan di kampong saya,” ujarnya. Salah satunya Plan Internasional. Tahun 1998 gayung pun bersambut. Plan Internasional memperhatikan “keluhan” Rukman. Sebanyak 164 KK di RW IV (dari 11 RW di Kelurahan Sambikerep) menjadi skala prioritas. Masyarakat penerima diajari Rukman membikin proposal sendiri-sendiri sesuai kebutuhannya. Dari situ LSM membatu sesuai pengajuan proposal. “Setelah dipenuhi baru dana ditransfer langsung ke rekening pemanfaat. Aturannya memang begitu,” kata pria yang tahun 2013 menamatkan Kejar Paket A-nya ini. Berhasil merehab rumah tidak layak huni, Rukman pun beralih ke pemberdayaan ekonomi. Menurutnya, akar masalah kemiskinan adalah masalah ekonomi. Sebagai wujudnya dibentuklah pra koperasi, pada 1998, yaitu Koperasi Mandiri dan Koperasi Bengawan. Unit usahanya simpan pinjam. Pada awal berdiri setiap anggota dikenakan simpanan Rp 100 ribu. Uang simpanan anggoa tersebut dijadikan modal simpan pinjam. Sekarang kedua koperasi ini bisa menyalurkan pinjaman bahkan hingga Rp 10 juta. Pengembalian 11 kali, dengan uang jasa 1,5%.  Omzet Koperasi Mandiri Rp 100 juta, dan Koperasi Bengawan Rp 40 juta. “Kami memprioritaskan pinjaman untuk modal usaha, bukan konsumtif, misalnya untuk modal pracangan, warung, beli kulkas untuk bikin es batu, dan lain-lain,” kata Rukman. Koperasi ini bisa lancar dan tidak terjadi tunggakan (NPL 0) karena melibatkan tokoh-tokoh masyarakat di Kelurahan Sambikerep, di antaranya tokoh agama, guru dan ta’mir masjid. Mereka duduk sebagai pengawas. Dengan melibatkan tokoh masyarakat peminjam segan kalau menunggak.


 



“Alhamdulillah sampai saat ini tidak pernah terjadi tunggakan,” kata Rukman. Paling terasa sejak berdirinya koperasi ini adalah hilangnya ketergantungan masyarakat ke rentenir. “Dulu sebelum ada koperasi masyarakat kalau pinjam uang larinya ke rentenir. Sampai-sampai kalau tidak bisa mencicil mereka sembunyi-sembunyi. Tetapi sejak terbentuk koperasi masyarakat sudah tidak bergantung lagi ke rentenir,” ujarnya. Pemberdayaan ekonomi lainnya adalah memberdayakan keluarga usia produktif. Saat ini ada 10 KK yang menjadi sasaran. Rata-rata ibu-ibu usia 35 tahun, di mana umumnya suaminya bekerja menjadi kuli bangunan atau menganggur. Kepada mereka diberi pelatihan dan difasilitasi untuk memperoleh alat kerja. “Kami berharap apa yang mereka harapkan bisa berkelanjutan, sehingga tidak meminta-minta ke orang lain,” ujarnya. Saat ini Rukman mengupayakan bekerjasama dengan Bapemas Kota Surabaya dan Disnaker Kota Surabaya agar masyarakat usia produktif ini menerima bantuan untuk usaha laundry dan mesin jahit. Kedua alat ini sesuai dengan usulan mereka. Diakui oleh Rukman, kiprahnya mengentas kemiskinan tidak terlepas dari peran Kader Swadaya Masyarakat (KSM). Saat ini di Sambikerep terdapat 16 KSM. Pada awalnya hanya 7 KSM. Rukman  secara intens mendampingi para KSM. Setiap KSM membawahi satu kelompok, di mana anggota masing-masing kelompok antara 10 sampai 15 orang. Tahun 2001 Rukman mendirikan Yayasan Ikatan Pendamping Anak Surabaya. Saat ini 79 orang anak yatim di Kelurahan Sambikerep, Lontar dan Beringin yang didampingi yayasan ini. Rata-rata usia anak yatim yang didampingi usia 0 sampai 18 tahun. “Tapi biasanya usia 17 tahun sudah kita komunikasikan dengan orang mampu untuk membantu membiayai sekolahnya sampai perguruan tinggi,” ujar pria yang sebelumnya bekerja di pabrik baja ini.(res)







 


-i-



PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang


Utamakan Pelatihan daripada Pinjaman Dana


Tags
Tidak ada tags